Selasa, 13 September 2011

Kaku VS Luwes

Manusia terlahir lembut dan luwes; dalam keadaan mati, mereka kaku dan keras. Tumbuh-tumbuhan terlahir lunak dan fleksibel; dalam keadaan mati, mereka rapuh dan kering. Dengan demikian, siapa pun yang kaku dan tidak fleksibel adalah murid kematian. Siapa pun yang lembut dan fleksibel adalah murid kehidupan. Yang keras dan kaku akan patah. Yangg lembut dan luwes akan bertahan..."


Luwes/lembut mengisyaratkan 'mengalir', tidak kental bermuatan ego dengan merasa sebagai pelaku yang bisa mengatur sesuai kehendak kita, karena segalanya berjalan bukan atas kehendak kita.


Kata-kata yang seperti ini adalah berada pada tataran filosofis dari sesuatu, atau tataran paling mendasar dari realitas, sehingga ia berlaku universal pada hal apa pun, asalkan kita bisa memandang sesuatu pada tataran paling mendasarnya dan kemudian menghubungkan sesuatu itu dgn kata2 filosofis seperti ini.
Misalnya luwes terhadap berbagai prinsip/aturan yang kita kenal dalam jalan spiritual kita masing-masing. Kita bisa luwes terhadap prinsip hanya jika kita telah mengerti dengan baik tentang prinsip itu sendiri, apa maksud dan tujuan tertingginya, bagaimana asal mula keberadaan prinsip itu, dan lain sebagainya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang hal-hal seperti ini terhadap prinsip tersebut, maka kita akan bisa melihat dengan lebih luas, tidak hitam-putih lagi melainkan mulai nampak wilayah abu-abu, atau melihat keadaan relatif dari segala sesuatunya, dan bisa menyesuaikan dengan realitas nyata yang kita hadapi per detiknya, tidak terpaku pada satu pemahaman tentang penerapan prinsip tersebut.
Tentunya selain pengetahuan dibutuhkan integritas pribadi, atau kejujuran terhadap diri sendiri, ketika hendak menerapkan filosofi luwes ini dan sesungguhnya ketika menerapkan filosofi apa pun juga kan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar