Argumen bahwa jiva memiliki kebebasan kecil karena merupakan bagian dari Tuhan
yang memiliki kebebasan sepenuhnya, seringkali digunakan sebagai dasar untuk
meyakini bahwa jiva memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri, bebas
mewujudkan keinginan/ pilihannya sendiri atau yang dalam istilah bahasa Inggris
dikenal sebagai free will. Analogi yang juga sering digunakan adalah perbandingan
antara setetes air laut dengan laut. Namun analogi tersebut kurang mumpuni
digunakan jika kita berbicara tentang kemampuan atau kualitas.
Benarkah jiva memiliki segala kualitas/ sifat
Tuhan dalam kuantitas yang sangat kecil? Tuhan memiliki banyak kemampuan yang
benar-benar tidak dimiliki oleh kita, para jiva. Sebagai contoh, kemampuan
untuk mengendalikan ingatan. Kita tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan
ingatan. Yang mampu kita lakukan ketika menginginkan agar suatu ingatan
tertentu muncul hanyalah menginginkannya agar muncul, dan kemudian ingatan itu
bisa muncul, bisa juga tidak. Apa lagi yang mampu kita lakukan? Kita tidak
memiliki akses langsung atau kendali atas ingatan-ingatan kita. Tidak mungkin
kita memiliki free will jika kita tidak memiliki kendali atas ingatan sebab
segala yang kita ketahui, dan segala tindakan yang kita ketahui bagaimana cara
melakukannya—adalah disebabkan oleh ingatan. Bagaimana kita akan mampu mengerti
bahasa (yang adalah bagian dari proses berpikir) tanpa ingatan? Bagaimana kita
akan mampu menggerakkan badan dengan suatu cara yang begitu terkoordinasi tanpa
ingatan? Bagaimana kita akan mampu melakukan praktis segalanya tanpa ingatan? Bayi
yang baru lahir belum mampu berbuat apa-apa sebab mereka belum memiliki ingatan—demikianlah
keadaan kita jika tanpa ingatan. Oleh karena kita memang tidak memiliki
kemampuan untuk mengendalikan ingatan kita sendiri, maka kita tidaklah memiliki
free will.
Tanpa memiliki kendali atas hal-hal yang
kita ketahui, tidaklah mungkin kita memiliki free will. Terkait dengan ingatan-ingatan kita, kita bergantung kepada Krishna
pada setiap saat. Apa yang kita lakukan pada
setiap detik dan setiap saat sepenuhnya berdasarkan pada ingatan kita. Bagaimana
kita akan tahu apa yang harus dilakukan berikutnya jika kita tidak tahu hari
apakah hari ini, siapakah diri kita, di manakah kita sedang berada, apa yang
rencananya akan kita lakukan, atau bahkan apa arti dari kata-kata yang kita
ucapkan dan dengar atau bagaimana memahami segala yang ada di sekitar kita?
Krishna bersabda bahwa Dialah yang memberi kita ingatan, dan Krishna menariknya
kembali ketika kita sedang tidak membutuhkannya. Krishna juga yang memberi kita
pengetahuan, dari dalam hati: sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo mattaḥ smṛtir
jñānam apohanaḿ ca—Aku bersemayam di hati semua orang, dan ingatan, pengetahuan
dan pelupaan berasal dari-Ku. (BG 15.15)
Orang yang meyakini bahwa Tuhan tidak
terlibat dalam kehidupan kita sampai derajat seperti yang digambarkan di atas,
percaya bahwa ingatan-ingatan kita dikendalikan oleh otak. Orang yang awam dalam
bidang ilmiah tentang hal ini percaya bahwa telah dibuktikan secara meyakinkan
bahwa otak kita, melalui sejumlah proses, mengendalikan ingatan-ingatan kita. Kenyataannya
adalah bahwa para ilmuwan yang membidangi hal itu tidak benar-benar mengetahui
bagaimana cara ingatan berfungsi. Mereka percaya bahwa mereka mengetahui
bagian-bagian dasar otak dan fungsi dari bagian-bagian tersebut, namun begitu
memasuki ranah untuk menjelaskan bagaimana sebuah ingatan dari suatu pengalaman
kita tersimpan, atau bagaimana ingatan tersebut dipanggil kembali ke dalam
pikiran kita, para ilmuwan masih meneliti dan mencari tahu.
Bagaimanakah sebuah otak, sebuah mesin yang
tanpa kesadaran, tahu apa yang kita inginkan? Katakanlah bahwa saat ini Anda
sedang membaca artikel ini dan kemudian Anda merasa lapar dan berusaha
mengingat apa yang Anda makan di rumah kawan Anda kemarin malam yang sangat
Anda sukai. Bagaimana otak kita akan mampu mengetahui hal itu? Secara logika
tidaklah mungkin otak kita dapat mengerti pemikiran-pemikiran kita. Otak akan
perlu memahami bahasa dari pemikiran-pemikiran kita, dan konsep-konsep dari
pemikiran-pemikiran kita misalnya apa arti dari “makan malam” itu sendiri. Sebuah
komputer mampu melakukan hal seperti itu terhadap kata-kata sebab sebuah
komputer memiliki kamus dan software pengenal suara. Bagaimana bisa sebuah otak
mengenali dan mencari makna dari kata-kata? Otak tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan hal itu, bahkan jika otak mampu menyimpan ingatan-ingatan dan
mendatangkannya kembali untuk kita.
Renungkanlah tentang bagaimana kita memahami
kata-kata dalam artikel ini. Bagaimanakah caranya otak kita akan mampu melihat
kata-kata ini, mencari arti kata-kata yang kita baca tersebut di dalam sebuah area
penyimpanan tertentu, kemudian membuatnya dapat dimengerti oleh kesadaran kita,
dimana segala proses tersebut terjadi secara instan? Tetapi bahkan sebelum kita
sampai sejauh itu, otak pertama-tama harus menyadari pemikiran-pemikiran kita, menyadari
kebutuhan-kebutuhan yang termuat dalam pemikiran-pemikiran kita, menyadari
kebutuhan dalam keadaan emosional bawah sadar kita—pada dasarnya otak harus
memiliki sendiri pikirannya yang super sadar, super cerdas, super peka untuk
mengetahui apa yang kita inginkan, atau apa yang kita perlukan, ketika kita
memang menginginkan atau memerlukannya. Sebuah komputer dapat bekerja hanya
karena ia telah diciptakan dan diprogram secara spesifik untuk tugas tersebut, dan
bahkan demikian pun ia tidaklah bekerja dengan sendirinya; ia perlu diminta
untuk memberikan informasi. Kita tidak meminta otak kita, dimana ia seolah tahu
begitu saja apa yang kita inginkan ketika kita menginginkannya. Orang tidak
selalu bisa ingat apa yang mereka inginkan ketika mereka menginginkannya. Mengapa?
Dalam hal komputer, ia selalu bekerja sebab ia telah diprogram untuk bekerja. Komputer
tidaklah memutuskan apa informasi yang harus diberikan atau apa yang harus
tidak dia berikan. Tapi nampak seolah otak kita memutuskan apa dan kapan akan
memberikan kita informasi yang kita inginkan atau perlukan. Mengapa? Dan
bagaimana?
Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka sedang
berusaha memahaminya, bahwa mereka tidak tahu bagaimana otak melakukan semua hal itu,
namun mereka merasa mereka tahu bahwa informasi tersimpan di suatu tempat
tertentu dan bergerak mengikuti suatu jalur tertentu, sementara semua detail
lainnya masih merupakan misteri. Dan sesungguhnya akan tetap merupakan misteri.
Demikianlah bahwa jika dicermati, ajaran-ajaran para acharya
nampak seolah menimbulkan kontradiksi sebab kadangkala mereka mengemukakan apa
yang nampak sebagai kontradiksi terhadap pernyataan-pernyataan sastra. Mereka
seringkali menyampaikan satu hal, dan kemudian mengajarkan tentang hal itu
dengan cara yang kontradiktif pada saat yang lain. Contohnya juga adalah ajaran
tentang asal usul jiva yang telah menyebabkan perdebatan panjang hanya karena
kadangkala acharya nampak mengatakan bahwa jiva bisa dan memang jatuh dari Goloka,
dan pada saat yang lain mengatakan bahwa jiva tidak akan pernah bisa jatuh dari
Goloka, dan bahkan juga bahwa jiva berasal dari Brahman.
Mengapa bisa ada ajaran-ajaran yang nampak
seolah kontradiktif seperti itu pada saat yang berbeda-beda? Keyakinan saya
adalah bahwa ada kebutuhan akan hal itu dan dipandang bahwa hal tertentu akan
lebih menginspirasi orang pada saat-saat dan keadaan tertentu. Demikian
pula tentang free will ini.
Gagasan
atau pemahaman bahwa kita tidak memiliki kebebasan untuk bertindak atau kebebasan
untuk mewujudkan keinginan (free will), bahwa ada suatu pengaturan takdir yang
telah ditetapkan yang tidak akan bisa diubah bagi semua orang dan seluruh isi
dunia, terasa begitu kontra intuitif, dan terasa demikian hanya karena kita
sedang berada dalam keadaan tak berpengetahuan tentang bagaimana diri kita dan
dunia ini berfungsi. Kenyataannya,
seluruh dunia dan diri kita sendiri telah tertipu, dan memang ada tujuannya
mengapa hal itu terjadi. Tidaklah mudah untuk sampai pada keinsafan akan
realitas sejati, bahwa kita tak memiliki kendali, bahwa ada pengendali yang
mengendalikan segala yang kita lakukan bahkan yang kita pikirkan, serta segala
yang dilakukan dan dipikirkan oleh semua insan lainnya. Jika kita memang sudah
siap, segala kebenaran tentang keadaan sebenarnya mengenai kehadiran dan
kendali Tuhan dalam hidup kita berangsur-angsur akan diungkap kepada kita....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar