Senin, 16 Juli 2012

Siapakah Sesungguhnya Sang Pelaku?

Argumen bahwa jiva memiliki kebebasan kecil karena merupakan bagian dari Tuhan yang memiliki kebebasan sepenuhnya, seringkali digunakan sebagai dasar untuk meyakini bahwa jiva memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri, bebas mewujudkan keinginan/ pilihannya sendiri atau yang dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai free will. Analogi yang juga sering digunakan adalah perbandingan antara setetes air laut dengan laut. Namun analogi tersebut kurang mumpuni digunakan jika kita berbicara tentang kemampuan atau kualitas.

Benarkah jiva memiliki segala kualitas/ sifat Tuhan dalam kuantitas yang sangat kecil? Tuhan memiliki banyak kemampuan yang benar-benar tidak dimiliki oleh kita, para jiva. Sebagai contoh, kemampuan untuk mengendalikan ingatan. Kita tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan ingatan. Yang mampu kita lakukan ketika menginginkan agar suatu ingatan tertentu muncul hanyalah menginginkannya agar muncul, dan kemudian ingatan itu bisa muncul, bisa juga tidak. Apa lagi yang mampu kita lakukan? Kita tidak memiliki akses langsung atau kendali atas ingatan-ingatan kita. Tidak mungkin kita memiliki free will jika kita tidak memiliki kendali atas ingatan sebab segala yang kita ketahui, dan segala tindakan yang kita ketahui bagaimana cara melakukannya—adalah disebabkan oleh ingatan. Bagaimana kita akan mampu mengerti bahasa (yang adalah bagian dari proses berpikir) tanpa ingatan? Bagaimana kita akan mampu menggerakkan badan dengan suatu cara yang begitu terkoordinasi tanpa ingatan? Bagaimana kita akan mampu melakukan praktis segalanya tanpa ingatan? Bayi yang baru lahir belum mampu berbuat apa-apa sebab mereka belum memiliki ingatan—demikianlah keadaan kita jika tanpa ingatan. Oleh karena kita memang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ingatan kita sendiri, maka kita tidaklah memiliki free will.

Tanpa memiliki kendali atas hal-hal yang kita ketahui, tidaklah mungkin kita memiliki free will. Terkait dengan ingatan-ingatan kita, kita bergantung kepada Krishna pada setiap saat. Apa yang kita lakukan pada setiap detik dan setiap saat sepenuhnya berdasarkan pada ingatan kita. Bagaimana kita akan tahu apa yang harus dilakukan berikutnya jika kita tidak tahu hari apakah hari ini, siapakah diri kita, di manakah kita sedang berada, apa yang rencananya akan kita lakukan, atau bahkan apa arti dari kata-kata yang kita ucapkan dan dengar atau bagaimana memahami segala yang ada di sekitar kita? Krishna bersabda bahwa Dialah yang memberi kita ingatan, dan Krishna menariknya kembali ketika kita sedang tidak membutuhkannya. Krishna juga yang memberi kita pengetahuan, dari dalam hati: sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo mattaḥ smṛtir jñānam apohanaḿ ca—Aku bersemayam di hati semua orang, dan ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. (BG 15.15)

Orang yang meyakini bahwa Tuhan tidak terlibat dalam kehidupan kita sampai derajat seperti yang digambarkan di atas, percaya bahwa ingatan-ingatan kita dikendalikan oleh otak. Orang yang awam dalam bidang ilmiah tentang hal ini percaya bahwa telah dibuktikan secara meyakinkan bahwa otak kita, melalui sejumlah proses, mengendalikan ingatan-ingatan kita. Kenyataannya adalah bahwa para ilmuwan yang membidangi hal itu tidak benar-benar mengetahui bagaimana cara ingatan berfungsi. Mereka percaya bahwa mereka mengetahui bagian-bagian dasar otak dan fungsi dari bagian-bagian tersebut, namun begitu memasuki ranah untuk menjelaskan bagaimana sebuah ingatan dari suatu pengalaman kita tersimpan, atau bagaimana ingatan tersebut dipanggil kembali ke dalam pikiran kita, para ilmuwan masih meneliti dan mencari tahu.

Bagaimanakah sebuah otak, sebuah mesin yang tanpa kesadaran, tahu apa yang kita inginkan? Katakanlah bahwa saat ini Anda sedang membaca artikel ini dan kemudian Anda merasa lapar dan berusaha mengingat apa yang Anda makan di rumah kawan Anda kemarin malam yang sangat Anda sukai. Bagaimana otak kita akan mampu mengetahui hal itu? Secara logika tidaklah mungkin otak kita dapat mengerti pemikiran-pemikiran kita. Otak akan perlu memahami bahasa dari pemikiran-pemikiran kita, dan konsep-konsep dari pemikiran-pemikiran kita misalnya apa arti dari “makan malam” itu sendiri. Sebuah komputer mampu melakukan hal seperti itu terhadap kata-kata sebab sebuah komputer memiliki kamus dan software pengenal suara. Bagaimana bisa sebuah otak mengenali dan mencari makna dari kata-kata? Otak tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu, bahkan jika otak mampu menyimpan ingatan-ingatan dan mendatangkannya kembali untuk kita.

Renungkanlah tentang bagaimana kita memahami kata-kata dalam artikel ini. Bagaimanakah caranya otak kita akan mampu melihat kata-kata ini, mencari arti kata-kata yang kita baca tersebut di dalam sebuah area penyimpanan tertentu, kemudian membuatnya dapat dimengerti oleh kesadaran kita, dimana segala proses tersebut terjadi secara instan? Tetapi bahkan sebelum kita sampai sejauh itu, otak pertama-tama harus menyadari pemikiran-pemikiran kita, menyadari kebutuhan-kebutuhan yang termuat dalam pemikiran-pemikiran kita, menyadari kebutuhan dalam keadaan emosional bawah sadar kita—pada dasarnya otak harus memiliki sendiri pikirannya yang super sadar, super cerdas, super peka untuk mengetahui apa yang kita inginkan, atau apa yang kita perlukan, ketika kita memang menginginkan atau memerlukannya. Sebuah komputer dapat bekerja hanya karena ia telah diciptakan dan diprogram secara spesifik untuk tugas tersebut, dan bahkan demikian pun ia tidaklah bekerja dengan sendirinya; ia perlu diminta untuk memberikan informasi. Kita tidak meminta otak kita, dimana ia seolah tahu begitu saja apa yang kita inginkan ketika kita menginginkannya. Orang tidak selalu bisa ingat apa yang mereka inginkan ketika mereka menginginkannya. Mengapa? Dalam hal komputer, ia selalu bekerja sebab ia telah diprogram untuk bekerja. Komputer tidaklah memutuskan apa informasi yang harus diberikan atau apa yang harus tidak dia berikan. Tapi nampak seolah otak kita memutuskan apa dan kapan akan memberikan kita informasi yang kita inginkan atau perlukan. Mengapa? Dan bagaimana?

Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka sedang berusaha memahaminya, bahwa mereka tidak tahu bagaimana otak melakukan semua hal itu, namun mereka merasa mereka tahu bahwa informasi tersimpan di suatu tempat tertentu dan bergerak mengikuti suatu jalur tertentu, sementara semua detail lainnya masih merupakan misteri. Dan sesungguhnya akan tetap merupakan misteri.

Demikianlah bahwa jika dicermati, ajaran-ajaran para acharya nampak seolah menimbulkan kontradiksi sebab kadangkala mereka mengemukakan apa yang nampak sebagai kontradiksi terhadap pernyataan-pernyataan sastra. Mereka seringkali menyampaikan satu hal, dan kemudian mengajarkan tentang hal itu dengan cara yang kontradiktif pada saat yang lain. Contohnya juga adalah ajaran tentang asal usul jiva yang telah menyebabkan perdebatan panjang hanya karena kadangkala acharya nampak mengatakan bahwa jiva bisa dan memang jatuh dari Goloka, dan pada saat yang lain mengatakan bahwa jiva tidak akan pernah bisa jatuh dari Goloka, dan bahkan juga bahwa jiva berasal dari Brahman.

Mengapa bisa ada ajaran-ajaran yang nampak seolah kontradiktif seperti itu pada saat yang berbeda-beda? Keyakinan saya adalah bahwa ada kebutuhan akan hal itu dan dipandang bahwa hal tertentu akan lebih menginspirasi orang pada saat-saat dan keadaan tertentu. Demikian pula  tentang free will ini.

Gagasan atau pemahaman bahwa kita tidak memiliki kebebasan untuk bertindak atau kebebasan untuk mewujudkan keinginan (free will), bahwa ada suatu pengaturan takdir yang telah ditetapkan yang tidak akan bisa diubah bagi semua orang dan seluruh isi dunia, terasa begitu kontra intuitif, dan terasa demikian hanya karena kita sedang berada dalam keadaan tak berpengetahuan tentang bagaimana diri kita dan dunia ini berfungsi. Kenyataannya, seluruh dunia dan diri kita sendiri telah tertipu, dan memang ada tujuannya mengapa hal itu terjadi. Tidaklah mudah untuk sampai pada keinsafan akan realitas sejati, bahwa kita tak memiliki kendali, bahwa ada pengendali yang mengendalikan segala yang kita lakukan bahkan yang kita pikirkan, serta segala yang dilakukan dan dipikirkan oleh semua insan lainnya. Jika kita memang sudah siap, segala kebenaran tentang keadaan sebenarnya mengenai kehadiran dan kendali Tuhan dalam hidup kita berangsur-angsur akan diungkap kepada kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar