Senin, 30 Juli 2012

Dunia Ini Sebagai Sebuah Realitas Virtual

Realitas Virtual (virtual reality) yang telah mampu dihasilkan oleh teknologi komputer, dapat digunakan sebagai analogi yang sempurna bagi realitas sejati kita di dunia ini. Dalam sebuah dunia Realitas Virtual segala yang kita lihat nampak nyata (dengan menggunakan teknologi modern terbaik). Contohnya adalah film AVATAR. Dalam film tersebut Jake Sully memakai sebuah perangkat dan kemudian kesadaran dan pikirannya masuk ke dalam badan sesosok makhluk Pandora. Kemudian ia bisa hidup dan bernafas di tengah-tengah atmosfer planet Pandora. Tentu saja di dalam film itu planet Pandora itu bukan dianggap sebagai sebuah dunia Realitas Virtual, namun sesungguhnya adalah Realitas Virtual karena segala sesuatu di dunia itu adalah sebuah animasi 3 dimensi, yang seolah nyata, yang dihasilkan oleh komputer. Film tersebut memperlihatkan betapa telah majunya teknologi modern dalam membuat sebuah dunia Realitas Virtual menjadi nampak sangat nyata. Dan apa yang membuatnya lebih mirip lagi dengan Realitas Virtual adalah bahwa animasinya didasarkan pada gerakan-gerakan dari aktor-aktor yang sesungguhnya. Para aktor mengenakan pakaian khusus agar gerakan mereka mampu ditangkap oleh sebuah program komputer, yang kemudian dianimasikan secara digital.

Dunia kita ini juga adalah sebuah dunia Realitas Virtual, namun dengan teknologi yang berbeda dengan Realitas Virtual yang diciptakan oleh komputer. Ketika kita menonton film atau video pada komputer kita, apa yang sedang kita lihat adalah bit-bit data digital yang disusun membentuk pola-pola di dalam sebuah platform teknologi yang menerjemahkan informasi digital tersebut menjadi bentuk-bentuk dan warna-warna pada sebuah layar, yang kemudian menghasilkan ilusi realitas. Ketika kita menonton video Justin Beiber misalnya, nampak bahwa seolah kita benar-benar sedang melihat dia menyanyi dan menari, namun kenyataannya adalah bahwa itu hanyalah bit-bit data yang disusun untuk menciptakan ilusi realitas. Untuk merasakan dan mengalami dunia Realitas Virtual di dalam komputer, kita memerlukan perlengkapan khusus untuk bisa berbicara dan mendengarkan, dan perlengkapan khusus yang ditempelkan di tangan dan kaki, sehingga komputer dapat menangkap gerakan-gerakan kita dan menerjemahkannya ke dalam sosok Realitas Virtual kita di dalam dunia 3 dimensi yang dihasilkan oleh komputer. 

Setelah masuk berada di dalam dunia Realitas Virtual kita akan memiliki sebuah badan dan dapat berinteraksi dengan lingkungan di dalam, namun lingkungan tersebut seluruhnya tersusun atas bit-bit data, dan disebabkan oleh hal itu maka orang yang mengendalikan komputer tersebut akan dapat menciptakan dan mengendalikan segalanya sesuai dengan yang diinginkan. 

Keadaan dunia kita ini sebenarnya sangat mirip dengan sebuah dunia Realitas Virtual, namun dengan sebuah teknologi yang jauh lebih rumit di balik semuanya. Dalam sebuah Realitas Virtual di dalam komputer, segala yang kita lihat tersusun atas bit-bit data yang diterjemahkan ke dalam sebuah platform audio-visual. Sedangkan dunia kita ini tersusun atas bit-bit partikel kuantum zat/materi/energi, yang ketika direduksi sampai bagian terkecilnya akan mengungkap sebuah realitas yang sangat ajaib yang mencengangkan para ahli fisika. 

Partikel-partikel kuantum terkecil zat entah bagaimana nampak seolah berubah secara ajaib dari keadaan tidak bermassa atau tidak memiliki berat, menjadi bermassa atau memiliki berat, yang kemudian membentuk partikel-partikel yang lebih besar, yang selanjutnya menyusun segala unsur yang ada di dunia ini. Teori yang sedang mengemuka adalah bahwa ada sejenis lapangan energi yang mahameluas, maha-ada, substansi yang belum dikenal (lapangan energi Higgs, atau partikel Higgs Boson/ “Partikel Tuhan”) yang entah bagaimana menyebabkan partikel-partikel kuantum yang tak bermassa itu berubah menjadi memiliki massa, yakni menjadi memiliki substansi berat dan wujud 3 dimensi. 

Partikel-partikel kuantum terkecil tersebut bukanlah partikel-partikel dalam makna seperti partikel-partikel pasir, dimana sesungguhnya itu adalah lapangan energi, substansi yang abstrak, dengan sifat-sifat seperti energi gelombang, misalnya gelombang suara, dan juga pada saat yang sama memiliki sifat-sifat sebagai partikel. Realitas tentang zat pada tataran kuantum sangatlah tidak terduga dan membingungkan para ilmuwan sebab nampak seolah hal itu mustahil. Teori-teori yang sangat populer menyarankan tentang adanya dimensi-dimensi alternatif untuk membantu menjelaskan apa yang sedang diamati pada tataran kuantum, dan juga gagasan tentang alam semesta sebagai sebuah Realitas Virtual memang telah didalilkan oleh para ahli fisika. 

Dan mereka memang benar, alam semesta kita adalah sebuah Realitas Virtual dan ditopang oleh dimensi-dimensi alternatif yang tak terlihat. Sifat-sifat tak biasa yang dimiliki oleh zat pada tingkat kuantum disebabkan oleh keterlibatan dimensi-dimensi alternatif yang tidak mampu diditeksi oleh mesin-mesin 3 dimensi. Seperti halnya pemikiran-pemikiran kita, yang berada pada dimensi alternatif di luar zat, sehingga pemikiran-pemikiran tersebut tidak bisa dideteksi secara langsung oleh sebuah mesin yang terbuat dari zat sebab pemikiran-pemikiran tersebut berada pada sebuah dimensi yang berbeda. 

Pemikiran-pemikiran kita tersusun bukan atas partikel-partikel atau unsur-unsur kuantum. Namun pemikiran-pemikiran tersebut memang ada. Demikian pula, apa yang mampu diamati oleh para ilmuwan di dunia ini serupa dengan apa yang mampu kita lihat dari sebuah gunung es—hanya puncak gunung es itulah yang terlihat sebab sebagian besar dari gunung es itu berada di bawah air. Ketika kita memandang seseorang kita tidak dapat melihat orang itu seutuhnya, melainkan kita hanya melihat segala yang tersusun atas zat dalam ruang 3 dimensi. Apa yang tak mampu kita lihat? Bagian yang paling penting, yakni lapangan kesadaran dan pikiran yang mengendalikan badan tersebut. 

Alam semesta kita yang kasat mata ini juga adalah sesuatu yang seperti itu. Partikel-partikel kuantum adalah bagian dari sebuah makhluk semesta yang berada pada dimensi yang jauh lebih banyak daripada sekadar 3 dimensi zat, beserta kesadaran dan pikiran, yakni bahwa seluruh alam semesta (yang kasat mata dan yang tidak kasat mata) adalah sebuah mahapikiran yang mahasadar, atau super-komputer yang sadar. Namun tidak seperti sebuah komputer yang hanya mengendalikan bit-bit data digital yang ada di dalam komputer, super-komputer semesta ini mengendalikan bit-bit materi (zat/ energi) yang ada di dalam dirinya sendiri, yakni segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini. 

Sebuah komputer menyadari dan mengendalikan setiap bit data yang ada di dalam drive-drive-nya, dan ia menggunakan kesadaran dan kendali tersebut untuk menciptakan piksel-piksel warna pada sebuah layar (sebuah layar 3 dimensi untuk menampilkan realitas virtual) yang ketika digabungkan dalam jumlah yang cukup banyak menciptakan apa yang nampak seperti dunia nyata. Video super high definition, khususnya yang memiliki fasilitas 3 dimensi, nampak persis seperti kenyataan. Namun itu sesungguhnya hanyalah bit-bit data digital yang dimanipulasi di dalam sebuah bagian dari sebuah komputer, yang menciptakan sebuah ilusi realitas melalui sebuah teknologi pemroses informasi yang sangat rumit dan canggih. 

Demikian pula, Tuhan, sesosok super-komputer semesta, memiliki kendali atas seluruh zat/materi bahkan dari tingkatan kuantum, yang berada baik di dalam Tuhan maupun sebagai bagian dari Tuhan. Zat bertindak sangat aneh pada tingkat kuantum sebab ia adalah bagian dari sebuah lapangan energi ekstra-dimensi yang bukan hanya berkesadaran dan berkecerdasan, melainkan juga mengendalikan energi tersebut, menggunakan sebagian dari energi/ keberadaannya sendiri yang sadar tersebut untuk mewujudkan partikel-partikel kuantum menjadi rangkaian-rangkaian informasi tertentu—yang menyebabkan mereka membentuk partikel-partikel yang lebih besar, yang bersesuaian dan tepat secara matematis seperti atom-atom, dan kemudian menjadi molekul-molekul, dan kemudian menjadi unsur-unsur, dan selanjutnya menjadi segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta kita yang tersusun atas unsur-unsur seperti misalnya tetumbuhan, binatang, air, udara, tanah, api, dsb. 

Bagaimana Tuhan melakukan semua itu? Bagaimana sebuah komputer mampu menciptakan sebuah ilusi realitas hanya dengan menggunakan bit-bit informasi digital? Sebab ia memiliki kendali penuh atas bit-bit data tersebut dengan teknologi yang canggih dan mampu mengolah semua itu untuk menciptakan ilusi macam apa pun. Tuhan mengendalikan dunia kita ini dengan cara yang serupa. Pada hakikatnya kita hidup di dalam sebuah super-komputer yang memiliki kesadaran semesta yang mengendalikan zat/energi seperti halnya sebuah komputer yang mengendalikan bit-bit data digital. Kita tidak mampu melihat keseluruhan super-komputer yang berkesadaran tersebut sebab ia berada pada dimensi-dimensi yang lebih banyak daripada 3 dimensi yang mampu kita lihat dengan mata kita—seperti halnya komputer berada di dalam dimensi-dimensi yang lebih banyak daripada video yang ia ciptakan dan tampilkan, atau bahwa kesadaran dan pikiran kita berada di dalam sebuah dimensi yang berbeda dengan badan yang ditempati dan dikendalikannya. 

Bhakti-yoga sesungguhnya adalah soal mengembangkan kemampuan untuk berelasi/menjalin hubungan sedekat mungkin dengan sang super-komputer semesta itu—atau Isvara—sebuah kata bahasa Sanskerta yang menunjukkan Tuhan, yang secara harfiah berarti memerintah atau mengendalikan. Di dalam sebuah dunia Realitas Virtual yang dihasilkan oleh komputer, para user tampil sebagai karakter atau pemain dalam bentuk-bentuk digital yang disebut avatar. Avatar adalah kata bahasa Sanskerta yang secara harfiah berarti turun atau memasuki. Kata tersebut digunakan untuk menguraikan tentang tentang Tuhan yang mengambil wujud kehidupan di dalam dunia kita, seperti halnya seorang user turun atau masuk ke dalam badan-badan yang tersedia di dalam sebuah Realitas Virtual yang dihasilkan oleh komputer. 

Mengenai kedudukan Tuhan sendiri, Tuhan adalah komputer itu sendiri dan sang user, atau sang super-user. Bhakti-yoga adalah proses untuk mengerti siapa diri kita, bagaimanakah Tuhan itu sesungguhnya, dan apa tujuan hidup kita. Kita bukan hanya diajarkan bahwa Tuhan berada di mana-mana, dan memiliki kendali penuh atas segalanya dan juga sesungguhnya menyusun segalanya di dalam alam semesta ini, melainkan juga bahwa Tuhan hadir sebagai pikiran kita dan mengendalikan pikiran kita. Diri kita bukanlah pikiran kita, kita mengamati pikiran kita, kita menggunakan pikiran kita, tapi kita berbeda dengan pikiran tersebut—sebab kita adalah energi yang berkesadaran itu yakni atman.

Śrīmad Bhāgavatam 3.26.28

yad vidur hy aniruddhākhyaḿ
hṛṣīkāṇām adhīśvaram
śāradendīvara-śyāmaḿ
saḿrādhyaḿ yogibhiḥ śanaiḥ

Pikiran makhluk hidup dikenal dengan nama Sri Aniruddha, pengendali tertinggi indera-indera. Dia memiliki wujud berwarna hitam kebiru-biruan bagaikan sekuntum bunga padma yang mekar pada musim gugur. Dia ditemukan secara perlahan-lahan oleh para yogi.

Aniruddha adalah nama lain bagi perwujudan atau ekspansi Tuhan yang dikenal sebagai Paramatma, sang kesadaran tertinggi, pikiran Tuhan yang mahameluas dan meliputi segalanya. Tidaklah begitu tepat jika dikatakan bahwa Tuhan hanya “muncul di dalam pikiran” melainkan bahwa Tuhan mengungkap Diri-Nya sebagai sang pikiran itu sendiri, atau sang pengendali pikiran.

Śrīmad Bhāgavatam 1.2.11

vadanti tat tattva-vidas
tattvaḿ yaj jñānam advayam
brahmeti paramātmeti
bhagavān iti śabdyate

Para rohaniwan berpengetahuan yang mengenal Kebenaran Mutlak menyebut substansi tunggal tersebut sebagai Brahman, Paramatma atau Bhagavan.

Brahman adalah aspek impersonal Tuhan; dalam analogi tentang sebuah komputer tersebut maka Brahman adalah hardware atau perangkat kerasnya. Paramatma adalah aspek kecerdasan atau pikiran Tuhan; dalam analogi tentang sebuah komputer tersebut maka Paramatma adalah software atau perangkat lunak, yakni sistem pemroses informasi. Bhagavan adalah personalitas Tuhan; dalam analogi tentang sebuah komputer tersebut maka Bhagavan adalah sang user atau pengendali, yakni sosok pribadi yang mengendalikan komputer tersebut. Namun dalam hal Tuhan, komputer itu sendiri adalah sang user, komputer itu sendiri adalah sesosok makhluk sadar yang mengendalikan komputer tersebut sebagai super-user

User biasa akan bergantung pada komputer untuk urusan pemrosesan informasi dan segala yang dikerjakan oleh komputer agar sang user dapat melakukan fungsi dalam sebuah realitas virtual. Demikian pula, kita bergantung kepada Tuhan dalam hal pemrosesan informasi di dalam pikiran kita, yang memungkinkan kita untuk berfungsi sebagai seseorang yang berkecerdasan. Sebagai contoh: kemampuan kita untuk memproses informasi dan memahami segala sesuatu didasarkan pada ingatan. Seperti halnya sebuah sistem ingatan/memori pada sebuah komputer memungkinkan sang user untuk bermain dalam sebuah realitas virtual, kemampuan kita untuk berfungsi sebagai seseorang yang berkecerdasan di dunia kita ini adalah disebabkan oleh kuasa kendali yang menyediakan ingatan-ingatan untuk kita. 

Tanpa ingatan-ingatan tersebut kita tidak akan mampu memahami apa pun, melainkan sepanjang waktu kita akan menjadi seperti bayi yang baru lahir. Tetapi, kita mengetahui di mana kita sedang berada saat ini; kita mengenal segala yang ada di sekitar kita; kita mampu mengerti bahasa, bukan hanya suara melainkan juga kata-kata beserta makna-maknanya. Faktanya, kehidupan kita sebagai manusia yang berkecerdasan bergantung sepenuhnya pada sebuah sistem ingatan dimana sistem ingatan itu sama sekali di luar kendali kita dan kita tidak memiliki akses untuk memasukinya. Kita mengetahui begitu saja apa yang kita ketahui dan ingat begitu saja dengan apa yang kita ingat tanpa perlu mencari melalui media-media penyimpanan data. Bahkan jika kita ingin mengetahui sesuatu, kita tidak akan mengetahui di mana harus mencarinya, kita tidak akan memiliki ingatan tentang bagaimana mengetahui cara untuk mencarinya, sebelum ingatan tentang bagaimana cara mencarinya tersebut disediakan terlebih dahulu kepada kita. 

Ingatan-ingatan muncul begitu saja di dalam pikiran kita. Beberapa jenis ingatan bersifat bawah-sadar: misalnya bagaimana cara membaca dan menulis; bagaimana mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh; bagaimana memahami bahasa, dsb. jenis-jenis ingatan lainnya bersifat sadar: misalnya mengingat alur dari sebuah buku yang kita baca atau sebuah film yang kita tonton; mengingat filsafat; mengingat nama; dsb. Dalam kedua jenis ingatan tersebut kita tidak memiliki kendali atas muncul dan menghilangnya ingatan-ingatan tersebut. Semuanya muncul begitu saja di dalam pikiran kita yang memungkinkan kita untuk menjalani hidup sebagai makhluk yang cerdas. Kadangkala kita merasa bahwa kitalah yang mengendalikan ingatan, tetapi, apa yang bisa kita lakukan untuk berusaha mengingat sesuatu? Ke mana kita akan mencari ingatan tersebut? Tidak ada tempat untuk mencarinya, sebab ingatan muncul dan menghilang begitu saja di dalam pikiran kita. 

Krishna menjelaskan di dalam Bhagavad-gita bahwa Dialah yang menyediakan ingatan-ingatan kepada kita. Krishnalah yang mengendalikan sistem ingatan kita sebab Krishna menjalankan fungsi sebagai pikiran, memberi kita ingatan sesuai dengan kehendak-Nya. Pikiran Tuhan sendiri adalah bagaikan software dalam sebuah komputer, yakni bahwa ia memproses informasi yang tersimpan di dalamnya dan membuatnya tersedia bagi sang user:

Bhagavad-gita 15.15

sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaḿ ca
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham

Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui Veda.

Bhagavad-gita 18.61

īśvaraḥ sarva-bhūtānāḿ
hṛd-deśe 'rjuna tiṣṭhati
bhrāmayan sarva-bhūtāni
yantrārūḍhāni māyayā

Sang Pengendali Tertinggi bersemayam di hati semua orang, wahai Arjuna, dan Dia mengarahkan pengembaraan semua makhluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material. 

Bhakti-yoga mengajarkan bagaimana caranya mencapai keinsafan diri. Keinsafan diri meliputi pemahaman akan: apa dan siapa diri kita; bagaimana cara kita menjalankan fungsi kita di dunia ini; apa dan siapa Tuhan itu; dan apa tujuan hidup kita. Tujuannya adalah untuk mengerti secara penuh tentang segalanya, atau mengerti sejauh yang mungkin dimengerti tentang sifat dari keadaan sejati kita, dan kemudian untuk masuk ke dalam hubungan pribadi secara fisik dengan perwujudan dari sang pengendali alam semesta. Tuhan menciptakan wujud laki-laki dan perempuan dan muncul dalam kedua wujud tersebut untuk menjalin hubungan dengan laki-laki dan perempuan. 

Tetapi, pertama-tama kita perlu mengerti segalanya sampai pada tingkat dimana Tuhan dapat menikmati sebuah hubungan dengan seseorang yang mampu memuaskan Tuhan pada tingkatan intelektual, yang sedekat mungkin dengan tingkat intelektual Tuhan. Ketika kita akhirnya mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi bagi diri kita, Tuhan memberi kita avatar atau badan baru untuk kita gunakan, yang muda, segar dan rupawan, yang tidak akan menua melainkan tetap pada usia muda. Namun sebelum tingkat itu dicapai kita perlu mengerti bagaimana pikiran kita bekerja agar kita dapat berada dalam komunikasi konstan/tanpa putus dan tidak keliru dalam memahami sifat sejati diri kita dalam hubungan dengan Tuhan. Kita cenderung untuk keliru menyamakan diri kita dengan pikiran, dan kita juga cenderung untuk keliru menyamakan orang lain dengan pikiran mereka. Kita perlu mencapai pemahaman yang jernih tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi agar Tuhan dapat menikmati hubungan dekat dengan kita:

Srimad-Bhagavatam 3.28.35-36

muktāśrayaḿ yarhi nirviṣayaḿ viraktaḿ
nirvāṇam ṛcchati manaḥ sahasā yathārciḥ
ātmānam atra puruṣo 'vyavadhānam ekam
anvīkṣate pratinivṛtta-guṇa-pravāhaḥ

Ketika dengan demikian pikiran terbebas dari segala pencemaran material dan bebas dari tujuan-tujuan material, ia persis seperti nyala sebuah lampu. Pada saat itu pikiran benar-benar terhubung dengan pikiran Tuhan dan dirasakan menyatu dengan Tuhan sebab pikiran terbebas dari aliran sifat-sifat material yang saling mempengaruhi.

so 'py etayā caramayā manaso nivṛttyā
tasmin mahimny avasitaḥ sukha-duḥkha-bāhye
hetutvam apy asati kartari duḥkhayor yat
svātman vidhatta upalabdha-parātma-kāṣṭhaḥ

Dengan mantap seperti itu pada tingkat spiritual tertinggi, pikiran terhenti dari segala reaksi material dan menjadi mantap dalam keagungannya sendiri, melampaui segala konsep kebahagiaan dan penderitaan material. Pada saat itu sang yogi menginsafi kebenaran tentang hubungan dirinya dengan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa. Ia menemukan bahwa kenikmatan dan rasa sakit, demikian pula interaksi di antara keduanya, yang ia hubungkan dengan dirinya sendiri, sesungguhnya disebabkan oleh ego palsu, yang merupakan produk dari kebodohan. 

Kita perlu mengerti bahwa kita tidaklah sendirian di dalam pikiran kita. Kita dengan Tuhan adalah bagaikan pasangan kembar di dalam pikiran kita, ditambah bahwa Tuhan adalah sang rekan yang merupakan pengendali. Kita satu dengan Tuhan, tetapi tidak sama. Segala sesuatu yang terjadi di dunia kita ini tidaklah terjadi secara sembarangan atau kacau-balau tanpa kendali. Dunia ini sejatinya adalah sebuah dunia virtual dimana sang super-user/super-komputer sedang mengendalikan pikiran semua orang dan segala sesuatu yang ada. Pengalaman apa pun yang kita alami adalah apa yang Tuhan inginkan untuk kita alami; tidak ada sesuatu yang berdiri secara bebas tersendiri. Seperti halnya tidak ada sesuatu pun di dalam sebuah dunia digital virtual yang terjadi secara bebas tersendiri dari komputer yang menghasilkannya.

Di dalam Skanda 11 Srimad-Bhagavatam (11.13.24) Krishna bersabda:

manasā vacasā dṛṣṭyā
gṛhyate 'nyair apīndriyaiḥ
aham eva na matto 'nyad
iti budhyadhvam añjasā

Di dunia ini, segala yang dialami dan dirasakan oleh pikiran, kata-kata, mata ataupun indera-indera lainnya adalah Diri-Ku semata dan tidak ada yang lain selain Aku. Kalian semua pahamilah hal ini melalui analisis yang bersifat langsung dan apa adanya terhadap kenyataan-kenyataan yang ada.

Srimad-Bhagavatam 11.13.30:

yāvan nānārtha-dhīḥ puḿso
na nivarteta yuktibhiḥ
jāgarty api svapann ajñaḥ
svapne jāgaraṇaḿ yathā

Sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Ku, orang hendaknya memantapkan pikirannya hanya kepada-Ku. Akan tetapi, jika ia masih saja terus melihat banyak nilai dan tujuan yang berbeda-beda dalam hidup ini dan bukannya melihat segalanya di dalam Diri-Ku, maka walaupun ia nampak seolah-olah terjaga/sadar, sesungguhnya ia sedang bermimpi disebabkan oleh pengetahuan yang tidak lengkap, seperti halnya seseorang mungkin bermimpi bahwa ia telah terbangun dari sebuah mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar